Rabu, 22 Februari 2012

Manusia Pra Sejarah

Manusia Pra Sejarah

Tim arkeolog yang dipimpin oleh Beaulognier dari Universitas Bordeaux, Perancis, telah menemukan fosil tulang tengkorak manusia Tumai yang usianya berkisar 6-7 juta tahun silam di padang pasir sebelah utara Chad, Afrika tengah. (lihat gambar disamping). Berdasarkan penemuan itu maka didapat kesimpulan bahwa titik awal evolusi kera antropoid dengan manusia paling tidak dapat ditarik surut pada satu juta tahun lebih awal.
Penemuan fosil tengkorak manusia tersebut, dianggap sebagai prestasi antropologi purbakala terpenting selama hampir satu abad ini. Tulang tengkorak itu terdiri dari sebuah batok kepala yang nyaris sempurna, beberapa potong tulang rahang yang hancur dan 3 buah gigi, mempunyai ciri khas manusia primitif maupun manusia modern. Batok kepalanya mirip kera, rongga kepala yang diperkirakan berisi otak dengan volume antara 320-380 cm3 dan bentuk badan hampir seperti simpanse masa kini, namun hidung, muka, dan gigi emailnya serta ukuran panjangnya lebih mirip manusia, hal ini menunjukkan bahwa asal-usul manusia mungkin sangat pelik dan rumit, bukanlah seperti silsilah evolusi keluarga manusia yang selama ini diajarkan di sekolah.
Dibanding dengan tulang tengkorak apa pun yang ditemukan hingga sekarang, fosil tulang tengkorak Tumai lebih awal 3 juta tahun. Setelah tulang tengkorak itu di periksa oleh ahli dari Inggris, Jepang dan Amerika, dinyatakan bahwa temuan tersebut menandakan asal-usul manusia jauh lebih awal dari waktu yang telah dipastikan selama ini. Lagi pula lokasi ditemukannya tulang tengkorak Tumai, berjarak sekitar 1.000 mil dari lembah cekung Afrika timur yang sejak dahulu diyakini sebagai tempat awal adanya manusia, sehingga dengan demikian, hasil kesimpulan ilmuwan menyatakan bahwa ruang lingkup asal-usul manusia primitif lebih luas daripada yang telah diyakini dulu.
Tulang tengkorak manusia tumai tergali pada Juli tahun lalu di padang pasir utara Chad, Afrika tengah, ditemukan oleh kelompok 40 arkeolog yang berasal dari 10 negara, dipimpin oleh Beaulognier yang sudah 30 tahun menyelidiki dilokasi tersebut. Lokasi itu terletak di selatan padang pasir Sahara, atau wilayah Sahelan (bahasa Arab yang artinya adalah ujung padang pasir). Ditambah lagi dengan perbedaan yang sangat besar antara ciri khas tulang tengkorak dengan nenek moyang manusia masing-masing yang sudah diketahui, ahli Perancis memastikan bahwa fosil tulang tengkorak tersebut semestinya digolongkan pada spesies manusia yang baru, karena itu istilah ilmiahnya dinamakan Sahelanthropus tchadensis. Beaulognier cs menggunakan kata bahasa yang digunakan penduduk setempat, menyebut manusia purbakala yang baru ditemukan dengan sebutan Tumai, artinya adalah harapan hidup.
Karena di daerah setempat tidak terdapat lapisan debu gunung berapi, dan batuannya kekurangan isotop yang cocok, sehingga tidak bisa dilakukan radiasi pelapukan guna mengukur masa yang pasti dari bangsa Tumai ini. Weinoir, ahli dari Universitas Bordeaux dan koleganya memastikan bahwa masa eksistensi bangsa ini adalah pada 6-7 juta tahun silam berdasarkan fosil binatang yang ditemukan secara bersamaan dengan mereka, akan tetapi mereka juga mengakui bahwa cara seperti itu tidak mutlak dapat dipercaya.
Sarjana paleontologi Universitas Harvard, AS yakni Doktor Lybermann mengatakan, bahwa fokus perhatian sarjana arkeologi di masa lalu dipusatkan di Afrika timur dan selatan, dan berdasarkan hasil temuan individual dijadikan evolusi silsilah manusia. Hasil temuan ini mengingatkan kalangan arkeologi agar tidak mengabaikan bentuk evolusi asal-usul manusia di Afrika tengah dan barat, kondisi alam yang sangat buruk di Afrika mengakibatkan semakin sulit mengadakan riset arkeologi.
Lybermann, peneliti tengkorak Tumai mengatakan yang menggembirakan sekaligus mengherankan, diluar dugaan bangsa ini menunjukkan adanya ciri khas manusia primitif serta evolusi hingga mencapai ciri manusia yang agak moderen. Para ahli semula mengira bangsa Tumai semestinya sangat mirip dengan simpanse pada masa 7 juta tahun silam, pada dasarnya wajahnya agak mirip dengan manusia beradab yang muncul pada 2 juta tahun silam. Yang lebih mengherankan adalah bentuk rupa ini sangat mirip dengan kera purba dari selatan yang hidup 3,2 juta tahun silam atau muka Lusi si simpanse hitam yang terkenal itu. Lybermann menyatakan, bahwa bentuk evolusi dan kecenderungan menjadi lebih memburuk adalah gejala yang sangat langka terjadi; seandainya bangsa Tumai secara langsung merupakan leluhur pertama Lusi atau kera purba selatan, maka dalam proses evolusi manusia hingga munculnya manusia sekarang, mestinya pernah terjadi 2 kali atavisme.
Lybermann menekankan, jika kondisinya bukan demikian, maka bangsa Tumai adalah leluhur pertama manusia primitif tertentu, yang kemudian secara langsung berevolusi menjadi manusia modern. Dengan demikian evolusi kera purba selatan menjadi manusia merupakan silsilah garis cabang yang menyimpang. Ahli paleontologi dari universitas George Washington, Dr. Whorter mengatakan dengan penemuan ini semakin dapat dipastikan asal-usul evolusi manusia, dan polanya mungkin lebih menyerupai pola perdu yang bukan berbentuk garis sederhana, adanya sejumlah besar perbedaan adalah reaksi untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru atau lingkungan yang berubah mendadak, dan proses evolusi pun bisa mengalami penyimpangan.
Sebelum ditemukannya fosil manusia bangsa Tumai, kelompok arkeologi yang dipimpin oleh White dari Universitas California, AS pada 1997 menemukan fosil kerangka manusia dari jaman 160 ribu tahun silam di Ethiopia, Afrika, di antara fosil tersebut termasuk 2 kerangka orang dewasa dan satu kerangka anak-anak yang berusia sekitar 6-7 tahun. Fosil kerangka tersebut sangat mirip dengan manusia sekarang, ciri khas bagian muka kerangka hampir sama dengan manusia sekarang, terutama kerangka anak-anak nyaris tidak ada perbedaan apa pun dengan anak-anak sekarang. Cara berjalan juga sangat mirip dengan manusia sekarang, setelah melalui pengujian, didapati sejarahnya dapat ditelusuri kembali pada 154-160 ribu tahun silam.
Peneliti Amerika sebelumnya juga percaya, bahwa tulang belulang laki-laki yang ditemukan disebuah gua gelap di sebuah pegunungan selatan Rumania, adalah fosil manusia modern yang paling kuno. Setelah tulang tersebut diuji dengan Kapur 14 oleh kelompok yang dipimpin Profesor Chouglas, arkeolog dari Universitas Washington, St. Louis City, Mississipi, Amerika, didapati bahwa waktu atau tahunnya terlacak pada 34-36 ribu tahun silam. Dalam laporan tahunan Akademi Sains dan Teknologi Nasional Amerika, Chouglas menunjukkan, bahwasannya Tulang tersebut adalah fosil manusia modern tertua yang bisa dilacak secara langsung. Itu merupakan catatan awal yang dapat dipercaya sebagai rupa manusia modern yang berimigrasi ke Eropa.
Berbagai hasil temuan tersebut diatas kembali telah menunjukkan bahwa manusia dengan peradabannya sudah sejak lama eksis diatas bumi, jauh melampaui perkiraan manusia. Dan hasil temuan itu juga sekali lagi menunjukkan, bahwa ilmu dan pengetahuan manusia itu senantiasa berkembang, tidak boleh percaya membuta pada teori yang sudah ada, dan tidak boleh menggunakan teori yang sudah ada untuk menyangkal sesuatu yang tidak terdapat dalam sistem teori yang ada. Segala sesuatu mengandung suatu kemungkinan
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0e/Lucy_Mexico.jpg/342px-Lucy_Mexico.jpg
Lucy adalah kerangka yang lengkap dari hominid perempuan. Dia diyakini sebagai missing link untuk evolusi. Dia adalah orang pertama yang berjalan tegak. Kerangka ini ditemukan oleh Donald Johanson pada tahun 1974. Jika Lucy belum pernah ditemukan, para ilmuwan tidak dapat membuat sambungan tentang evolusi dari spesies lain.

Homo Habilis: The image “http://biblioteca.udg.edu/fl/sahara/gifs/tallan.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

Homo habilis berarti ‘orang yang terampil ” Mary Leaky dan suaminya, Louis, menemukan sebuah fosil hominid di Olduvai Gorge di Tanzania utara. Eperti yang ditahui homo habilis sebagai pembuat alat pertama. The homo habilis ‘membuat alat-alat untuk membangun rumah dan kulit binatang. Tanpa pengetahuan mereka tentang alat-alat, mungkin tidak terjadi alat-alat modern . Jika manusia tidak memiliki alat untuk digunakan, manusia tidak dapat membuat rumah untuk ditinggali, atau memasak makanan, dan membuat pakaian.

Homo Erectus:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/archive/a/af/20080521191715!Homo_erectus_Steveoc_86.jpg
1,6 juta tahun yang lalu, spesies lain hominid muncul di Afrika Timur. Spesies ini dikenal sebagai Homo erectus. Atau ‘tegak manusia. ” Mereka adalah spesies manusia pertama untuk migrasi dari Afrika. Mereka juga yang pertama kali menjinakkan api dan membuat pakaian. Homo erectus yang mungkin canibal. Mereka telah koperasi berburu dan bahasa. Bahasa masih merupakan faktor penting hari ini karena perlu berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar seperti berburu. Pekerjaan perlu komunikasi untuk memastikan segala sesuatunya berjalan lancar juga.
Homo Sapiens:

Spesies berikutnya manusia adalah Homo sapiens. Para ilmuwan percaya bahwa Homo erectus akhirnya berkembang menjadi Homo sapiens, nama untuk manusia modern. Homo sapiens memiliki otak lebih besar bahwa spesies manusia lainnya. Mereka hidup sekitar 300.000 tahun yang lalu. Homo sapiens adalah manusia modern dalam pra sejarah. Mereka datang jauh sejak homo habilis. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, membuat api, memiliki bahasa, dan kami memiliki ukuran otak yang lebih besar.
Neanderthals:
Pada tahun 1856, pekerja tambang batu untuk menggali batu kapur di Lembah Neander di Jerman, mereka melihat fragmen tulang fosil. Itu adalah sisa-sisa Neanderthal. Neanderthal tinggal 200.000 – 300.000 tahun yang lalu. Mereka sangat mirip manusia modern. Mereka menguburkan mereka yang mati, memiliki bahasa, dan alat-alat canggih.
Cro-Magnon:

para ilmuwan memprediksi bahwa Cro-magnons tampak seperti. Sekitar 40.000 tahun yang lalu, sekelompok manusia prasejarah yang disebut Cro-Magnons muncul di Eropa. Mereka membuat seni pertama dan jewlery dan kedudukan sosial (kelas). Mereka merencanakan perburuan dan mempelajari mereka binatang sehingga mereka bisa memahami perilaku mereka.

Manusia Purba Berlari Lebih Cepat dari Usain Bolt
Manusia yang hidup jaman sekarang diklaim sebagai manusia yang paling lemah dalam hal kekuatan fisik sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Manusia pra sejarah memiliki kemampuan fisik yang luar biasa. Tak heran jika manusia pra sejarah bisa berlari melebihi kecepatan seorang Usain Bolt, atau berotot melebihi Arnold Schwarzenegger.
Hal itu diungkapkan antropolog asal Australia yang juga penulis buku Manthropology: the Science of Inadequate Modern Man, Peter McAllister, seperti dilansir news.scotsman, Sabtu (17/10/2009).
McAllister mengungkapkan berdasarkan jejak kaki manusia asli benua Australia yang hidup sekira 20.000 tahun lalu, diketahui kecepatan lari mereka mencapai 37 kph atau sekira 10,28 meter per detik. Usain Bolt sendiri diketahui hanya mampu membuat rekor di Olimpiade Beijing berlari dengan kecepatan 42 kph atau 11,67 meter per detik.
?Kami dapat memperkirakan manusia purba Australia itu mampu berlari jauh lebih cepat ketika mereka memburu hewan buruannya, apalagi jika mereka menggunakan sepatu, dan berlari di atas track karet kemungkinan kecepatannya mampu mencapai 45 kph,? kata McAllister

Selain itu, Mc Callister mengungkapkan bahwa kaum perempuan dari Neanderthal juga memiliki otot lengan atas yang tidak kalah besarnya daripada Arnold Schwarzenegger.
Neanderthal adalah kelompok manusia purba yang ditemukan hidup di daratan Benua Eropa yang  hidup sekira 600.000 hingga 350.000 tahun SM.
Lukisan Dinding Manusia Prasejarah




lukisan-prasejarah
Mengenai lukisan dinding manusia prasejarah, kesan orang kebanyakan adalah sekelompok manusia primitif yang dibaluti dengan daun, setelah berburu lalu istirahat dengan dikelilingi api unggun, sebagian orang membuat lukisan di dinding gua, mencatat hasil berburu pada hari itu. Maka di atas lukisan dinding itu terukir pemandangan berburu manusia primitif, ada manusia primitif dan spesies binatang, gambar dilukis dengan garis yang sangat sederhana.
Bagi lukisan dinding tertentu, kesan ukiran di atas memang masuk di akal. Namun, terhadap lukisan yang akan diperkenalkan di bawah ini, sepenuhnya bukan seperti itu. Gambar di bawah ini adalah lukisan binatang bison yang ditemukan di dalam gua Altamira, utara Spanyol. Gambar ini menggunakan 4 macam warna, zat warna dibuat dengan bahan mineral, tidak akan pudar warnanya seiring dengan lamanya waktu, telah tersimpan selama 16 ribu tahun namun warnanya tetap menyala seperti semula. Zat warna pada zat besi dapat memperlihatkan warna merah, kuning dan cokelat, dan komposisi pada zat warna hitam adalah zat dioksida. Jelas bahwa manusia pada waktu itu memiliki kemampuan melukis yang tinggi, bahkan mempunyai peralatan lukis dan zat pewarna yang maju.
lukisan-prasejarah-man
Lihat gambar lainnya di mana bagian muka pada orang ini benar-benar sangat sulit bagi kita untuk menyamakan mereka dengan manusia primitif, sebab dengan gambar yang dilukis orang modern benar-benar sangat mirip. Ia memakai topi, dandanannya mirip pada abad pertengahan (Barat). Gambar ini dimuat dalam sebuah buku “Grafik Lukisan Budaya Manusia Bangsa Magdelline” karangan Bencarter yang dipublikasikan pada 1940 secara terperinci telah memperkenalkan gambar manusia dari batu hampar yang ditemukannya. Namun, oleh karena gaya lukisannya terlalu mirip dengan lukisan orang modern, maka gambar-gambar dari batu hampar ini dengan cepat dianggap sebagai lukisan orang modern, bukan dilukis oleh manusia prasejarah, yang telah dilupakan orang-orang selama 60 tahun

Fosil Manusia Prasejarah Ditemukan di China

Fosil manusia prasejarah yang baru saja digali dari sebuah gua di China dapat memberikan petunjuk sejarah manusia modern. Temuan ini akan menambah bukti-bukti untuk menguak migrasi nenek moyang manusia modern ke Asia Timur yang masih penuh teka-teki.

Dari Gua Tianyuan di dekat Beijing, para peneliti menemukan 34 potongan tulang yang diperkirakan berasal dari satu badan. Pengukuran radiokarbon menunjukkan tulang tersebut telah berumur antara 42 ribu tahun hingga 39 ribu tahun.
Pada periode ini, manusia modern diperkirakan mulai menyebar dari asalnya di Afrika ke berbagai kawasan hingga ke Asia Timur. Sayangnya hanya ada dua bukti fosil yang ditemukan di kawasan Asia sejauh ini sehingga untuk melacak jejak penyebaran manusia masih sulit dilakukan. “Kita punya fosil dari Gua Niah di Serawak, Malaysia dan sekarang spesimen di China. Kalau Anda pergi ke barat, spesimen berikutnya baru ditemukan di Libanon. Dan tidak ada fosil yang ditemukan di antaranya,” ujar Profesor Erik Trinkaus dari Universitas Washington, AS.
Sesuai teori Jalan Keluar Afrika, manusia modern (Homo sapiens) muncul pertama kali di Afrika Timur sebelum menyebar ke seluruh belahan dunia sekitar 70 ribu tahun lalu. Kehadiran manusia modern mendesak manusia purba yang hidup lebih dulu, misalnya manusia Neanderthal.
Kawin silang
Namun, sebagian dari manusia modern sepertinya melakukan kawin silang dengan manusia purba. Hal tersebut mungkin juga dilakukan manusia yang ditemukan di Tianyuan tersebut. Sebab, hasil pengamatan Trinkaus dan koleganya memperlihatkan postur tubuh manusia Tianyuan seperti Homo sapiens, namun memiliki karakteristik manusia purba, seperti gigi depan yang besar.
Ia mungkin hasil perkawinan silang antara manusia modern yang keluar dari Afrika dengan manusia purba yang telah tinggal di Eropa dan Asia. Menuruntya, hal tersebut besar kemungkinannya terjadi.
Ia menambahkan, perkawinan silang terbukti sangat mudah terjadi di dunia hewan. Dua spesies berbeda dari satu keturunan yang telah terpisah sejak dua juta tahun dapat melakukan perkawinan silang dan menghasilkan keturunan yang subur. Misalnya, pada kucing liar Scotlandia yang menjadi jinak melalui proses kawin silang.
Kucing domestik dan kucing liar merupakan spesies berbeda yang terpisah sejak ratusan ribu tahun bahkan jutaan tahun lalu dan memiliki ukuran tubuh sangat berbeda. Namun, perkawinan keduanya dapat menghasilkan keturunan yang subur.
Meski demikian, teori perkawinan silang antara manusia modern dan manusia purba masih kontroversial. Sebagian pakar paleoanthropologi menduga sebagain sifat manusia purba memang masih diturunkan kepada manusia modern sebelum hilang selamanya secara bertahap pada keturunan keturunan berikutnya. Selain itu, belum ada bukti genetik yang menunjukkan terjadinya proses tersebut.
Gaya hidup

Selain melacak asal-usulnya, para peneliti juga berusaha mempelajari gaya hidup manusia modern dari Tianyuan dengan menganalisis tulangnya. Dilihat dari struktur giginya, ia sepertinya meninggal saat bersuia 40 hingga 50 tahunan. Namun, tidak ditemukannya tulang panggul sulit ditentukan jensi kelaminnya.
Di tubuhnya juga terlihat adanya tanda-tanda penyakit. Giginya banyak yang tanggal sebelum mati. Selain itu, terdapat bekas luka di tulang kakinya yang mungkin disebabkan perubahan otot yang menempel padanya karena penyakit tertentu. Meski demikian, ia sepertinya tidak cacat dan tetap bisa beraktivitas secara aktif.
Tulang jari kakinya menunjukkan bahwa ia menggunakan alas kaki. Hasil penelusuran awal yang dilakukan Trinkaus memperlihatkan bahwa jari-jari kakinya mengalami kemunduran yang meungkin disebabkan penggunaan sepatu yang keras di zaman Paleolithikum Awal. Jika hal ini benar, berarti sepatu telah ditemukan jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya, 10 ribu tahun lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar